Selasa, 09 Juni 2009

Dosanya, bukan orangnya

Saya membedakan kata "sebel" dengan "benci".

Barangkali kita pernah disakiti seseorang sampai parah sekali,
sehingga kita memutuskan orang itu "tak akan bisa berubah".
Padahal musuh yang sesungguhnya mesti kita lawan adalah
penyebab orang itu melakukan dosanya : iblis dengan godaannya.
Jadi sebenarnya, orang yang tengah berbuat dosa
sedang kerasukan/kesurupan iblis.

Nah, jadi sebetulnya sayang sekali kan, kalau kita memutuskan
membenci seseorang karena pada suatu titik waktu ia berbuat dosa,
termasuk pada kita? Kalaupun kita membencinya, iblis -yang
memprakarsai dosa tersebut- bisa seenaknya kabur & ngumpet
di jiwa orang yang lain lagi.
Jadi sadarilah siapa lawan kita sesungguhnya.

Menurut saya, perasaan sebel dapat dianggap manusiawi,
kadang muncul tanpa mampu kita cegah.
Sedangkan perasaan benci sesungguhnya perlu dilawan,
karena dapat berlangsung seumur hidup, padahal orang
yang dibenci bisa saja suatu saat sadar dan mau berubah.

Tentu agak sulit, karena sikap yg salah ini sudah lama-turun temurun
diajarkan pada umat manusia, termasuk kita orang Indonesia.
Tapi sulit berarti masih bisa dicoba & masih mungkin berhasil...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar